Aku tak ingin melupakan teman-temanku:
µ µ Ochi; yang selalu jadi teman sekelasku semenjak awal hingga lulus tapi sayangnya tak pernah dekat. Aku ingat, dia sering cemberut bila teman-teman mempermasalahkan (sori Chi) dahinya. Dea sering menirukan caranya mengucapkan huruf “d”.
µ Nita; yang meski pindah di pertengahan tahun, bersama Adin sempat menjadi teman sekelasku selama 2 tahun yang awal. Selalu ceria, punya lesung pipit dan jago nge-dance.
µ Adin; sering ‘dipaksa’ mengerjakan tugas bahasa Jawa kelompok karena status “Raden”-nya. Kalau tidak salah, beberapa kali diam-diam kupergoki dia mencorat-coret meja.
µ Tia; yang, sama seperti Dewi, Lia, Eek dan Bogat, menjadi teman sekelasku selama kelas X dan XII; merupakan teman sebangkuku, dia manusia paling waras di kelas versiku sendiri. ;p
µ Dewi; yang jadi jauh lebih cantik dari pada ketika sekelas denganku pertama kali; rajin dan gigih
µ Lia; sifat super kalemnya tak pernah berubah; mudah mendapat teman
µ Eek; aku tidak tahu kenapa dia dipanggil begitu; orang paling santai yang pernah kutemui
µ Bogat; akrab dengan Lia, peduli teman
µ Norma; yang setia menjadi teman-satu-meja di kelas XI dan beberapa kali di kelas XII; tindak-tanduknya yang sering di luar dugaan tak akan pernah terlupakan
µ Pingkan; yang selalu rela PRnya disontek orang lain (termasuk olehku) tapi aku tahu sebenarnya dia sebal dibegitukan terus
µ Sinta; selalu cengar-cengir sambil mengulurkan surat izin mengikuti pelajaran pada guru yang sedang mengajar bila datang terlambat; aku ingat dia sangat shocked saat putus dengan pacarnya namun segera ceria sekali beberapa jam kemudian akibat berbaikan kembali
µ Dea; orang pertama yang menirukan Ochi dan mengejek dahinya; dia juga yang pertama mempermasalahkan berat badan Pingkan (sori Ping!)
µ Kremi; sekelas dengan Norma, Pingkan, Sinta, Dea dan aku selama kelas dua dan tiga; si penjaja stiker yang kerap dinasihati agar berhenti merokok
µ Sysweet; cewek lugu nan sederhana yang satu amanahnya padaku belum kutuntaskan (Maaf Sweet, aku belum memberitahumu kalau adikku Disa tidak menjawab saat kusarankan mengikuti seleksi olimpiade Geografi); aku punya dugaan dia hampir tak pernah menyakiti orang lain
µ Ratna; yang bila mengkritik orang selalu tajam dan apa adanya (aku pernah mengalaminya, walau kurang aku sukai tapi aku bersyukur dia melakukannya, thanks ya Ratna!)
µ Pepin; aku bingung dia sebenarnya tomboy atau tidak; tapi aku suka gaya cewek jago gambar ini
µ Dita; perangai halusnya selalu membuatku nyaman mengobrol dengannya
µ Desti; baik, cerdas, berambut keriting dan berkaca mata, dia adalah orang yang tipe suaranya jarang kudengar
µ Gita; di saat yang selalu tak kuduga sering menyisir rambutnya; dia pintar di balik muka yang ekspresi bingungnya tak bisa digambarkan oleh kata-kata
µ Linda; yang meski polemnya bolong (hehe, sori Lin, aku ingat kamu pernah bertanya padaku apakah polemmu bolong) menurutku tetap cantik
µ Hildhe; seingatku dia selalu wangi dan rapi
µ Tika; dari wajahnya aku menebak dia orang yang rendah hati, dan ternyata benar
µ Odil; yang tidak banyak bicara serta dewasa
µ Shera; jago basket sekaligus cukup feminin; menurutku dia punya sifat penyayang
µ Wulan; tipe cewek ramah dan kalem, ketika kelas satu sering terlihat bersama Gita, Desti, Hildhe, Linda, Shera dan Odil.
µ Tanti; penjual pulsa yang berkata padaku sering tidak enak hati menagih utang uang pulsa pada teman-temannya
µ Lucia; geli melihat pak Doso mengira Sita sebagai dirinya, aku bangga plus terharu sekali dengan dirinya dan apa yang diceritakannya panjang lebar di facebook pasca pengumuman UN
µ Amel; pemilik novel populer Harry Potter dan Eragon beserta serialnya ini berbakat menjadi novelis hebat. Oh ya, hatinya sebenarnya baik sekali meski luarnya terlihat urakan. (Sudahkah kau terbitkan novelmu, Mel?)
µ Eta; cewek sangat feminin dan manis yang-langsung-dijadikan-pacar-dalam-sehari-oleh-teman-teman-cowok di hari pertamanya pindah ke 6C (hahaha). Little cute girl has grown up!
µ Syena; tulisannya yang mungil kontras dengan tubuhnya yang tinggi
µ Deva; cantik dan juga rendah hati, dia selalu ikut senang dengan kebahagiaan orang lain
µ Lutfi; yang paling sulit kutebak mengenai bagaimana karakternya
µ Ucup; aku sungguh berterima kasih dia mau menerima Tia, Norma, Ajeng dan aku dalam kelompok-perbaikan-seni-rupa-nya yang mana kemudian dia masih juga bermurah hati meng-handle sebagian dana
µ Kedvin; dia teman yang menyenangkan; aku masih merasa bersalah dan malu jika mengingat apa yang dulu pernah kutanyakan padanya yang akhirnya membuatku minta maaf di depan kelas –ah, itu adalah pertama dan terakhir kalinya aku menangis di hadapan orang selain keluargaku-
µ Tian; cowok paling pendiam di kelas X6 tapi sekaligus misterius
µ Lintang; aku tidak tahu dia kalem karena pendiam atau pendiam karena kalem
µ Levi; yang, seingatku, dulu sering memakai jaket walau tak seintens Kedvin
µ Andi; yang membuatku heran karena seakan tidak menyadari dirinya cantik, pandai dan begitu rendah hati serta tak segan-segan menolong. Apa karena dia pernah dikatakan cocok menjadi penyanyi dangdut? (hahaha, peace, Ndi v^-^)
µ Dira; yang selalu satu sekolah denganku sejak SMP tapi baru sekelas ketika kelas sebelas. Jangan protes Dir, badanmu memang tinggi untuk ukuran cewek Indonesia, seperti genter. Hahaha, peace!
µ Ajeng; aku masih ingat, beberapa teman sekelas kami, termasuk aku, terkaget-kaget dengan penampilannya saat menjadi diajeng kelas kami. Sayang kelas kami tidak menang...
µ Nina; aku senang dia mau membaca dan menilai draft novelku yang baru seperlima jadi, padahal kukira dia orang yang cuek bebek
µ Kiki; yang pernah kuberitahu bahwa wajahnya mirip tetanggaku dalam versi putihnya; dekat dengan Yoa
µ Yoa; yang statusnya di facebook membuatku sadar dia tidak ‘angker’ seperti wajahnya (hehe, maaf Yo...)
µ Dora; yang, menurut Norma dan aku, feminin sekaligus tomboy (nah lho, bagaimana bisa coba?)
µ Nanda; tak banyak bicara, dia teman dekat Dora
µ Putri; cewek yang aktif di Rohis ini selalu tampak tenang
µ Sanya; yang kata-katanya selalu halus dan terkontrol; aku masih penasaran dengan status penyiar radio-nya (hahaha)
µ Asni; yang, karena tidak ingin menyakiti orangnya, memilih berkeluh kesah di tempat lain tentang orang yang menjengkelkannya. Kebaikannya sering tidak terlihat
µ Adit; yang sering khawatir dengan tubuhnya sendiri; sifatnya agak kenes (haha, sori Dit)
µ Devi; bicaranya yang cepat (meski aku yakin tidak secepat saat aku memarahi adik-adikku, hahaha) menjadi kekhasan dirinya yang mudah-mudahan tak akan kulupakan
µ Wiwit; unsur Jawa dalam dirinya masih kental, dialah orang yang membuatku ingin sungguh-sungguh bisa menguasai kromo inggil; dia sepertinya senang menghadiri pameran buku
µ Mbak Gal; yang perangainya halus seperti putri-putri kerajaan
µ Mala; aku ingat pernah memberitahunya bahwa dia mirip Catherine Wright, pemeran Aisyah dalam AAC, dan aku tak menyesal telah mengatakannya (habis menurutku memang mirip)
µ Vista; aku tak tahu kenapa dia dipanggil simbah; aku selalu ingin mengatakan padanya aku seperti pernah melihat wajah sepertinya dulu sekali tapi selalu lupa juga (hahaha)
µ Silvy; yang bersifat girly; dia peduli pada orang lain
µ Ayu; dia, seingatku, satu-satunya orang di kelas XI IPA 1 yang merayakan bertambahnya umur menjadi 17 dengan besar-besaran; dia rekan Dea dalam konteks saling mengejek
µ Rani; aku tidak menduga bahwa dia sebenarnya agak tomboy
µ Lia; yang aktif dalam organisasi sekolah maupun kepanitiaan event-event sekolah
µ Velia; dia sohib kental Sinta yang kelihatannya paling ‘waras’ di antara teman-teman Balakurawanya (hehehe, maaf kalau ini menyinggung...)
µ Gangsar; dia cowok cakep yang kaku bila diminta berperilaku seperti cowok dingin (ingat waktu Kartinian? Hahaha); pintar dan mau membantu orang lain sepanjang tidak merugikan dirinya sendiri (ya eyalah... haha)
µ Alif; yang pendiam tapi agak mengejutkan
µ Sidik; si jago matematika ini mukanya mudah berubah merah padam; sampai kini aku bingung untuk apa dia memanggilku hanya agar aku mengetahui siapa pacarnya (ampun deh Dik, kelihatannya setiap orang yang lewat di depan BK sudah tahu tuh, hahaha... peace!)
µ Teo; yang saking menghayati perannya dalam drama HL sampai-sampai sungguhan membiarkan dirinya hanya memakai atasan singlet (padahal aku sudah memberitahunya dia tak perlu sebegitunya), jadilah kami teman sekelompoknya tertawa; orangnya menyenangkan untuk diajak bicara
µ Rico; yang, kata Andi, suaranya tak berintonasi sama sekali dan wajahnya tak kaya ekspresi (sori, haha); teman-teman menyebutnya mirip Suneo saat sedang tertawa (aku setuju, hahaha. Peace!)
µ Ajenk; orang yang mau-mau saja kuhutangi; dia ramah sekali. Hm, aku masih curiga dia sebenarnya memang masih keturunan bule. Hahaha.
µ Dinda; cewek mungil berlesung pipit ini teman baik Cindut; sering kuusili tapi sering pula membalas keusilanku
µ Cindut; aku kagum dengan sifat sabar dan pengayomnya
µ Rena; sama dengan Dira, dia sudah sesekolah denganku sejak SMP tapi baru di tahun terakhir kami bisa sekelas; berbakat dalam seni rupa dan senang menolong orang lain
µ Opik; yang selalu mengerjap-ngerjapkan mata bila bingung (ndhodhok wae Pik! Hahaha) tapi tetap ramah pada siapapun
µ Vidya; yang mengajariku cara main UNO; dia penggila permainan itu, sepertinya; merasa bodoh kalau sampai ada keperluan sekolahnya yang lupa dibawa (padahal aku sering lupa, tapi rasanya biasa saja.... hahaha) Peace Vid!
µ Lina; yang pada awal kelas dua belas sering tertukar nama dengan Mbak Tut olehku karena aku mengira mereka mirip; perilaku cewek ini sehalus suaranya
µ Mbak Tut; kekalemannya menakjubkanku di awal aku mengenalnya (Martha...kenapa dirimu dipanggil ‘Mbak Tut’ oleh yang lain?)
µ Ditya; pipinya yang memang nyempluk seperti tomat menjadi target ejekan teman-teman sekelas terutama oleh Bogat
µ Imint; cewek luar biasa yang memandang dirinya biasa sementara orang lain luar biasa
µ Nanda; yang suara kerasnya saat berbicara akan kurindukan karena ada-seseorang-di-kelas-yang-mengeluh-dengan-berisiknya-kelas-akibat-kerasnya-suaranya. Hehehe, maaf Nand!
µ Cocip; partner Nanda di XII IPA 5 dalam bergojeg ria, hahaha; dia sering terlalu memandang rendah dirinya sendiri
µ Aisyah; yang meski tak pernah hadir di kelas dua belas, dari kegiatannya di Rohis aku yakin dia orang yang optimistis dalam menghadapi persoalan
µ Alfi; yang adalah cowok terlucu di kelas versiku
µ Olan; sang calon tentara yang namanya saja sudah bak tentara berpangkat; sering lupa atau sengaja tidak jaim, aku tidak tahu yang mana
µ Kambil; ketua kelas yang nggilani tapi bertanggung jawab (hahaha, sori Mbil..)
µ Hasta; pemikiran teman baik Helmi ini kadang tak terduga tapi brilian
µ Helmi; cowok yang sepertinya belum mengamalkan perumpamaan “Let it flow...” karena selalu kurang pede.
Banyak sekali kejadian seru dan berharga yang kualami/kulihat selama menjadi anak 6C, tapi pada akhirnya hanya segelintir yang masih kuingat jelas. Ingat kejadian saat aku melakukan beberapa kebodohan di kelas sepuluh, yang berakibat aku merasa harus minta maaf secara terbuka di depan satu kelas –karena aku ingin minta maaf tidak hanya kepada satu orang--, yang kulakukan hari Sabtu setelah pelajaran matematika Bu Telly? Jika kamu membaca ini, Amel, aku terharu sekali kamu langsung maju untuk menghiburku yang menangis bombay (hahaha). Terima kasih, Mel. Kamu memang baik sekali. Kurasa itu akan jadi pengalaman yang paling berharga di antara kejadian lainnya. Karena aku belajar sangat banyak setelahnya. Bahwa jangan sampai membuat kecewa temanmu jika ingin mereka tetap menjadi temanmu. Bahwa jangan membuat marah temanmu bila tak ingin dibuat marah pula. Dan masih banyak lagi. Semoga aku tidak mengulangi kesalahan itu lagi, karena seperti kata Rachel Sarasvati Watson dalam novel berseri Mawar Merah: Mosaik: keledai saja tidak jatuh ke lubangnya dua kali.
Aku minta maaf jika ada yang tersinggung bahkan lebih saat membaca kesan-kesanku di atas. Maaf juga karena aku tidak menulis tentang teman-teman yang tidak pernah sekelas denganku atau bila ada teman sekelas yang belum kusebut. Bagi yang sudah membacanya, arigatoo gozaimashita.
Bagi yang berminat, aku akan berterima kasih kalian mau menge-tag ini ke sesama sixers.